Analisis Stilistika pada Puisi Kepada Peminta-Minta Karya Chairil Anwar Arinah Fransori1* 1 UNIVERSITAS INDRAPRASTA PGRI * Corresponding Author Abstract Karya sastra sebagai kajian dari stilistik yang menggunakan gaya bahasa sastra sebagai media untuk menemukan nilai estetisnya. Stilistika adalah ilmu pemanfaatan bahasa dalam karya sastra. Penggunaan gaya bahasa secara khusus dalam karya sastra yang diciptakan sendiri oleh pengarang. Oleh sebab itu, tujuan analisis puisi ini adalah mendeskripsikan bahasa dan pembentukan kata dengan aplikasi kajian stilistika pada puisi Kepada Peminta-Minta karya Chairil Anwar. Berdasarkan pendekatan stilistika yang dikemukakan sebagai dasar untuk kajian teori yang digunakan dalam analisis. Pendekatan ini mempegaruhi daya cipta dalam sebuah puisi, sebagai contoh puisi Kepada Peminta-Minta karya Chairil Anwar yang dikaji dari struktur pembentukan kata fisik dan unsur jiwa pembangunnya, yaitu struktur batin. Dalam kajian puisi tersebut, menonjolkan berbagai aspek pembentukan kata yang kuat dan tak terduga. Sikap Chairil Anwar yang kritis dalam menampilkan gambaran yang sesungguhnya tentang kehidupan rakyat miskin atau kaum melarat. Hal ini mampu menyampaikan pesan secara tidak langsung kepada pembaca, bagaimana sikap dan perilaku yang seharusnya dilakukan. Berdasarkan hasil analisis terhadap puisi Kepada Peminta-Minta karya Chairil Anwar yang menonjolkan berbagai aspek pembentukan kata yang kuat dan tak terduga. Kemudian dari aspek batin, bagaimana Chairil Anwar yang memiliki sikap ekspresionisme memberikan sajian puisi yang ekspresif. Puisi ini juga menunjukkan sikap sosial dan kenyataan yang terjadi pada masyarakat. Kata-kata kunci analisis stilistika, puisi. References Aminnuddin. 2000. Stilistika, Pengantar Memahami Karya Sastra. Semarang CV. IKIP Semarang Press. Anwar, C. 2010. Aku ini Binatang Jalang. Jakarta PT. Gramedia Pustaka Utama. Endraswara, S. 2011. Metodelogi Penelitian Sastra. Yogyakarta CAPS. Nurhayati. 2008. Teori dan Aplikasi Stilistik. Penerbit Unsri. Ratna, 2009. Stilistika, Kajian Puitika Bahasa, dan Budaya. Yogyakarta Pustaka Pelajar. Tarigan, 2011. Prinsip-prinsip Dasar Sastra. Bandung Angkasa. Wellek, R dan Warren, A. 2014. Teori Kesusastraan. Jakarta PT Gramedia Pustaka Utama. DOI Article Metrics Metrics powered by PLOS ALM Refbacks There are currently no refbacks. Copyright c 2021 Arinah Fransori This work is licensed under a Creative Commons Attribution International License. PublisherLembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Universitas Indraprasta PGRI Address Jl. Nangka No. 58 C TB. Simatupang, Kel. Tanjung Barat, Kec. Jagakarsa, Jakarta Selatan 12530, Jakarta, Indonesia. Phone +62 021 7818718 â 78835283 Close in sunday and public holidays in IndonesiaWork Hours AM â PMBest hours to visit From 9 am to 11 am or after 3 pm. The busiest times are between 11 am and 3 pm. Deiksis is licensed under a Creative Commons Attribution International License.A Makna Puisi âKepada Peminta-Mintaâ. Karya : Chairil Anwar. Baik, baik aku akan menghadap Dia. Menyerahkan diri dan segala dosa. Tapi jangan tentang lagi aku. Nanti darahku jadi beku. â Seorang tokoh aku yang merasa iba kepada si pengemis dan memberikan apa yang ia punya dengan terpaksa. Tokoh aku terganggu dan risih selalu dipandang ï»żTentang Puisi dan Penulis Chairil Anwar Lahir di Medan, Sumatera Utara, pada tanggal 26 Juli 1922 dan Ia wafat di Jakarta pada tanggal 28 April 1949. Semasa hidupnya ia termasuk salah satu penulis karya sastra dan penyair besar Indonesia, dan dia telah menghasilkan karya sastra yang tidak terhitung jumlahnya baik itu puisi, cerita pendek ataupun cerita panjang. Kumpulan puisinya antara lain Kerikil Tajam dan yang Terampas dan yang Putus 1949; Deru Campur Debu 1949; Tiga Menguak Takdir 1950, dibuat bersama Asrul Sani dan Rivai Apin; Aku Ini Binatang Jalang 1986; Koleksi sajak 1942-1949, diperbaiki oleh Pamusuk Eneste, dan kata penutup oleh Sapardi Djoko Damono 1986; Derai-derai Cemara 1998. Buku kumpulan puisinya diterbitkan Gramedia berjudul Aku ini Binatang Jalang 1986. Karya-karya terjemahannya adalah Pulanglah Dia Si Anak Hilang 1948, Andre Gide; Kena Gempur 1951, John Steinbeck. Sementara karya-karyanya yang diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris, Jerman dan Spanyol adalah âSharp gravel, Indonesian poemsâ, oleh Donna M. Dickinson Berkeley, California, 1960; âCuatro poemas indonesios, Amir Hamzah, Chairil Anwar, Walujatiâ Madrid Palma de Mallorca, 1962; Chairil Anwar Selected Poems oleh Burton Raffel dan Nurdin Salam New York, New Directions, 1963; âOnly Dust Three Modern Indonesian Poetsâ, oleh Ulli Beier Port Moresby [New Guinea] Papua Pocket Poets, 1969; The Complete Poetry and Prose of Chairil Anwar, disunting dan diterjemahkan oleh Burton Raffel Albany, State University of New York Press, 1970; The Complete Poems of Chairil Anwar, disunting dan diterjemahkan oleh Liaw Yock Fang, dengan bantuan HB Jassin Singapore University Education Press, 1974; Feuer und Asche sĂ€mtliche Gedichte, Indonesisch/Deutsch oleh Walter Karwath Wina Octopus Verlag, 1978; The Voice of the Night Complete Poetry and Prose of Chairil Anwar, oleh Burton Raffel Athens, Ohio Ohio University, Center for International Studies, 1993. Puisi ini ditulis Chairil Anwar pada bulan Juni tahun 1943. Puisi ini bercerita tentang bagaimana seseorang yang bertemu dengan pengemis yang sedang meminta-minta yang membuatnya berpikir bagaimana iba dirinya melihat pengemis tersebut dan harapannya kepada si pengemis agar berhenti meminta-minta. Ringkasan Puisi Kepada Peminta-minta Karya Chairil Anwar Puisi ini tidak memberikan latar belakang yang jelas mengenai keterangan tempat dan waktu di dalam puisi ini. Yang ditunjukkan di dalam puisi ini adalah pertemuan tokoh utama yang disebut aku dengan seorang pengemis yang meminta-minta di suatu tempat, dan tokoh utama ini mengutarakan pendapatnya mengenai pengemis tersebut di dalam puisi ini. Tokoh utama tersebut ketika melihat pengemis yang sedang meminta-minta tersebut berpikir bagaimana beruntungnya dia dan betapa menyedihkan dirinya sehingga membuatnya ingin menghadap tuhan untuk meminta ampunannya karena dia merasa melakukan sesuatu yang tidak benar terhadap pengemis tersebut. Dia ingin menyerahkan dirinya kepada tuhan dan meminta ampunan dari-Nya karena dia memberikan pengemis itu uang ketika bertemu dengan pengemis tersebut, tetapi dia mempunya perasaan tidak suka terhadap pengemis ini yang meminta-minta dengan memelaskan wajahnya, mengiba-ibakan gaya berjalannya agar orang yang bertemu dengannya dapat memberikannya rejeki. Orang tersebut memberi uang kepada pengemis tersebut, tapi dia tidak pernah merasa suka ketika melihat cara bagaimana pengemis itu memberi uang kepadanya. Dia berharap, jika suatu saat mereka bertemu lagi, pengemis ini tidak akan meminta uang lagi kepadanya. Dia berharap pengemis ini dapat melakukan sesuatu untuk mencari nafkah di dalam hidupnya, sesuatu yang lebih baik baginya, sehingga pengemis itu tidak perlu lagi mengiba-ibakan wajahnya, memelaskan wajahnya kepada semua orang yang dia temui agar dia bisa mendapatkan uang. Orang tersebut berpikir jika dia bertemu lagi dengan pengemis ini dan dia tetap meminta-minta uang kepadanya dengan cara yang sama, memelas-melaskan wajahnya, mengiba-ibakan wajahnya agar orang tersebut ingin memberikan uang, mungkin dia akan tidak peduli kepada pengemis ini dan tidak akan memberikan apapun karena dia tidak menyukai bagaimana cara pengemis ini mencari uang, dan bagaimana pengemis ini tidak merubah jalan hidupnya dengan mencari penghasilan dengan cara yang lebih baik. Dia ingin pengemis ini untuk tidak mengatakan apapun ketika dia meminta-minta, mengatakan sesuatu yang membuatnya merasa iba, membuatnya merasa kasihan kepadanya, sehingga dia akan memberikan uang kepada pengemis tersebut walaupun sebenarnya dia tidak suka dengan pengemis tersebut. Dia ingin pengemis ini untuk tidak mengucapkan kata-kata meminta kepadanya karena dia sudah mengerti bahwa pengemis ini memerlukan uang yang terlihat dari wajahnya, dari rupanya, dari penampilannya yang menggunakan pakaian yang jelek, wajahnya yang penuh dengan keringat dan terlihat kelelahan dengan raut wajahnya yang sengaja diiba-ibakan, sengaja dibuat melas, dan cara berjalannya yang dibuat seakan-akan dia lemah untuk berjalan sambil sekali-sekali mengelap keringat yang menetes dan mengalir di wajahnya yang sudah cukup mengibakan bagi mereka yang melihatnya. Dia memperhatikan bagaimana pengemis itu melangkah, berjalan dengan bersuara dengan gaya yang tertatih-tatih, agar orang yang melihatnya merasa kasihan dan iba sehingga akan memberikan pengemis tersebut sebagian rejekinya. Orang tersebut juga memperhatikan bagaimana pengemis tersebut menggunakan wajah mengiba setiap kali pengemis tersebut memandang apapun yang ingin dipandangnya, yang membuat prihatin orang yang melihatnya, dia mengerti mengapa pengemis memasang raut wajah seperti itu, agar orang yang prihatin memberikannya uang. Dan bagaimana pengemis itu meminta-minta sambil menangis yang semakin melengkapi gaya berjalannya yang bertatih-tatih dan juga wajahnya dengan raut yang mengiba, yang membuat orang yang dia temui akan kasihan dan tersentuh melihatnya, menyadari betapa beruntungnya kehidupan mereka jika dibandingkan dengan pengemis ini. Orang tersebut juga memperhatikan dimana pengemis ini tidur beristirahat setelah sehari-hari mengiba-ibakan dirinya agar dia mendapatkan uang, yaitu dimana saja tempat yang bisa dia gunakan, tanpa peduli dimana dia merebahkan badannya untuk tidur, sehingga esoknya dia bisa mengiba-ibakan dirinya lagi untuk mendapatkan uang. Dia tidak bisa berhenti memikirkan pengemis tersebut yang membuatnya iba, membuatnya memikirkan bagaimana kelanjutan hidup dari pengemis itu, yang hidup dengan keadaan yang menyedihkan, yang mungkin disadar oleh pengemis itu, yang ditunjukkan dengan bagaimana cara pengemis itu meminta-minta. Dia merasa kasihan dengan pengemis itu tetapi dia juga tidak suka dengan cara pengemis itu meminta-minta kepadanya dan sebenarnya dia memiliki sesuatu yang ingin dia katakan kepada pengemis itu yaitu bahwa masih ada banyak cara mendapatkan uang yang lain selain meminta-minta sambil mengiba-ibakan wajahnya. Sesuatu yang ingin dia ucapkan kepada pengemis tersebut yang tidak bisa dia ucapkan ketika dia melihat pengemis tersebut, membuatnya merasakan pedas di mulutnya, bagaimana dia ingin mengucapkannya tapi rasa kasihannya kepada pengemis tersebut membuatnya urung mengungkapkan apa yang dia pikirkan dan juga membuat kupingnya panas mendengar kata-kata yang dikeluarkan oleh pengemis tersebut. Tetapi pada akhhirnya, dia hanya bisa berdoa kepada tuhan, meminta ampunannya karena tidak ikhlas dalam memberikan uang kepada pengemis itu dengan pikiran-pikirannya, yang tidak pernah dia ungkapkan kepada pengemis itu karena dia tidak tega untuk mengatakannya, dan dia juga berharap semoga pengemis itu mendapatkan kehidupan yang lebih baik dan sadar bahwa dia bisa melakukannya, dan jika dia bertemu pengemis itu bertemu dengannya dan tetap meminta-minta kepadanya, dia rasa dia tidak akan memberikan uang kepada pengemis itu, agar pengemis itu tersadar bahwa masih banyak hal yang dapat dia lakukan untuk mendapatkan uang selain mengemis. Analisis Singkat Puisi Kepada Peminta-minta Karya Chairil Anwar Puisi ini ditulis Chairil untuk menunjukkan bagaimana pandangannya akan para pengemis yang pada saat puisi ini ditulis yaitu pada tahun 1943, Indonesia sedang memperjuangkan kemerdekaannya dengan berperang melawan para penjajah, yang tentu saja membutuhkan banyak uang, sehingga terdapat banyak pengemis yang meminta-minta. Puisi ini menunjukkan harapan Chairil Anwar kepada para pengemis, bagaimana mereka seharusnya bisa melakukan sesuatu yang lebih baik di dalam hidupnya untuk mendapatkan uang demi kelangsungan hidup mereka, tanpa perlu mengiba-iba dan meminta-minta kepada setiap orang yang mereka temui di jalan atau dimanapun. Gaya Bahasa Puisi Kepada Peminta-minta Karya Chairil Anwar Sudut Pandang Sudut pandang yang digunakan di dalam puisi ini adalah sudut pandang dari orang pertama, yang dapat dilihat dari pemakaian kata âAkuâ yang merujuk kepada tokoh utama didalam puisi ini untuk menyampaikan isi dari puisi ini yaitu bagaimana pendapat dari tokoh utama tersebut akan seorang pengemis yang meminta-minta. Majas Hiperbola Puisi ini menggunakan majas hiperbola yang terdapat di baris terakhir di bait pertama dan terakhir, yang itu frasa âdarahku jadi bekuâ yang sebenarnya mengartikan bagaimana dia telah kehilangan rasa kasihannya kepada sang pengemis, yang membuat dirinya menjadi dingin, dan dinyatakan dengan berlebihan dengan darahnya menjadi beku, yang mana tidak mungkin hilangnya rasa simpati bisa membekukan darah seseorang. Repetisi Repetisi di puisi ini terdapat di baris pertama sampai baris keempat, yang termasuk di dalam bait satu, yang kemudian disebutkan kembali di bait terakhir, yang mengandung empat baris yang sama dengan empat baris pertama puisi ini. Whether youâre aiming to learn some new marketable skills or just want to explore a topic, online learning platforms are a great solution for learning on your own schedule. You can also complete courses quickly and save money choosing virtual classes over in-person ones. In fact, individuals learn 40% faster on digital platforms compared to in-person learning. Some online learning platforms provide certifications, while others are designed to simply grow your skills in your personal and professional life. Including Masterclass and Coursera, here are our recommendations for the best online learning platforms you can sign up for today. The 7 Best Online Learning Platforms of 2022 Best Overall Coursera Best for Niche Topics Udemy Best for Creative Fields Skillshare Best for Celebrity Lessons MasterClass Best for STEM EdX Best for Career Building Udacity Best for Data Learning Pluralsight Siddhartasendiri kemudian mengembara dan mulai hidup sebagai rahib peminta-minta (sekarang tradisi meminta makanan ini masih dilakukan oleh para bhikku dengan nama Pindapata). Ia juga berguru kepada banyak brahmana, namun brahmana-brahmmana inipun tidak bisa menjawab pertanyaannya mengenai kebebasan dari samsara (penderitaan).
Puisi Kepada Peminta-minta Chairil Anwar Puisi Kepada Peminta-minta Chairil Anwar Baik, baik aku akan menghadap Dia Menyerahkan diri dan segala dosa Minggu, 11 Oktober 2020 1348 Puisi Kepada Peminta-minta Chairil Anwar - Puisi Kepada Peminta-minta Chairil Anwar Kepada Peminta-minta Baik, baik aku akan menghadap Dia Menyerahkan diri dan segala dosa Tapi jangan tentang lagi aku Nanti darahku jadi beku. Jangan lagi kau bercerita Sudah tercacar semua di muka Nanah meleleh dari luka Sambil berjalan kau usap juga. Bersuara tiap kau melangkah Mengeerang tiap kau memandang Menetes dari suasana kau dating Sembarang kau merebah. Mengganggu dalam mimpiku Menghempas aku di bumi keras Di bibirku terasa pedas Mengaum di telingaku. Baik, baik aku akan menghadap Dia Menyerahkan diri dari segala dosa Tapi jangan tentang lagi aku Nanti darahku jadi beku. *
Wacanakritik dalam karya Iwan Fals ternyata didukung oleh sebagian besar masyarakat terutama lapisan bawah, karena lagu tersebut mewakili dan menyuarakan hati nurani rakyat. Selain itu Iwan fals juga membuat lagu bertemakan sosial mengenai seorang ibu. Menarik untuk kita analisis sebagai suatu pembicaraan ringkas, karangan dibawah ini hanya Uploaded byAlya Shafira Nur Rozaq Romadhoni 50% found this document useful 2 votes2K views4 pagesCopyright© © All Rights ReservedShare this documentDid you find this document useful?Is this content inappropriate?Report this Document50% found this document useful 2 votes2K views4 pagesAnalisis Unsur Intrinsik Puisi Kepada Peminta-MintaUploaded byAlya Shafira Nur Rozaq Romadhoni Full descriptionJump to Page You are on page 1of 4Search inside document You're Reading a Free Preview Page 3 is not shown in this preview. Buy the Full Version Reward Your CuriosityEverything you want to Anywhere. Any Commitment. Cancel anytime. 1 Jalan ceritanya lebih pendek dari novel. 2. Sebuah cerpen memiliki umlah kata yang tidak lebih dari 10.000 (10 ribu) kata. 3. Biasanya isi cerita cerpen berasal dari kehidupan sehari-hari. 4. Tidak menggambarkan semua kisah para tokohnya, hal ini karena dalam cerpen yang digambarkan hanyalah inti sarinya saja. 5. Demikianjuga sajak Kepada Peminta-minta, Rumahku dan lain-lain. Pada tahun 1948, Chairil Anwar menerbitkan dan memimpin redaksi majalah Gema Suasana tetapi segera pula ditinggalkannya. Analisis Puisi âAKUâ karya Chairil Anwar. AKU Kalau sampai waktuku Ku mau tak seorang kan merayu Tidak juga kau Tak perlu sedu sedan itu Aku ini . 348 390 325 103 395 41 485 301